
Bambu adalah tanaman sumber penghasil kayu yang
dapat tumbuh dengan cepat di bumi. Dan merupakan tanaman pengganti kayu
dari hutan tropis yang saat ini sudah sangat berkurang akibat dari
permintaan yang sangat besar dari industri, oleh karena itu perhatian
terhadap produksi bambu mulai meningkat di semua benua baik Asia,
Afrika, maupun Amerika.
Bagaimanapun juga permintaan
bambu secara global tumbuh lebih cepat dari tingkat ketersediaannya.
Sehingga peluang bisnis perkebunan bambu masih sangat besar dan terbuka.
Dari
waktu ke waktu bambu selalu dapat membuktikan sebagai bahan baku yang
dapat diandalkan dalam berbagai aplikasi praktis. Di abad 21 ini bambu
akan terus menjadi komoditas industri yang semakin berharga. Kita
berharap akan semakin sering menemukan lebih banyak produk berbahan baku
bambu di pasaran dan juga furniture dari bambu di rumah kita.
Bambu, rumput yang yang memiliki sifat kayu
Meskipun
bambu adalah tanaman kayu, secara teknis bambu merupakan bagian dari
keluarga Gramineae yang meliputi 75 genus dan 1.250 spesies bambu. Dari
bambu varietas herbaceous yang memiliki ketinggian kurang lebih 20 cm
sampai dengan bambu tropical giant yang memiliki ketinggian hingga 30
meter dan dengan diameter 30 cm pada bagian tengah hingga pangkal
batang. Di daerah tropis maupun sub tropis tanaman bambu mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungannya dengan baik.
Pertumbuhan
bambu sangat berbeda, dengan pohon biasa yang memiliki poros sebagai
pusat pertumbuhan dan pertumbuhan sekunder. Sedangkan bambu tangkainya
tumbuh dari bawah tanah dan tidak memiliki poros sebagai pusat
pertumbuhan serta tidak ada pertumbuhan sekunder. Sehingga pertambahan
umur tidak dapat diukur dengan pertambahan diameter. Pertumbuhan tanaman
dari masa muda ke dewasa menunjukan pola tunas baru tumbuh dengan
meningkatkan garis tengah dan makin tinggi. Tunas yang baru muncul
umumnya akan mencapai tinggi maksimal pada usia 3 sampai 4 bulan.
Pertumbuhan yang cepat dan memiliki hasil yang tinggi
Bambu
merupakan tanaman yang mampu meregenerasi dirinya sendiri secara alami.
Saat tangkai bambu dipanen, maka tunas baru akan muncul dan
menggantikanya dalam waktu beberapa bulan. Jika di bandingkan dengan
pohon yang hanya dapat dipanen dengan rotasi beberapa tahun, bambu dapat
dipanen secara rutin pertahun. Pertumbuhan bambu yang cepat berarti
menjamin kelangsungan untuk memenuhi kebutuhan yang berkelanjutan.
Tergantung
dari jenisnya, perkebunan bambu dapat produktif lebih dari 50 tahun.
Panen perdana tanaman bambu di perkebunan biasanya dimulai pada usia
setelah 5-7 tahun. Proses pemanenan dapat dilakukan dengan peralatan
yang cukup sederhana dan murah. Seperti gergaji tangan, dan peralatan
sederhana lainnya yang sering di butuhkan.
Di
perkebunan, bambu akan menghasilkan biomass yang dapat mendukung untuk
memelihara lingkungan yang hijau. Perkebunan bambu seluas 1.000 hektar
dapat menghasilkan kira-kira 30 ribu ton sumber penghasil kayu.
Penggunaan Bambu secara tradisional dan industri
Bambu
adalah material yang serbaguna. Setiap jenis memiliki ciri fisik dan
kandungan kimia yang cocok dengan tujuan ahirnya. Ada jenis bambu yang
(1) memiliki kandungan selulosa yang tinggi (2) serabut yang panjang (3)
rendah lignin (4) tumbuh dengan cepat dan menghasilkan biomas yang
maksimal (5) ideal untuk pembuatan bubur kertas, seperti jenis bambu
Bambusa Arundinacea, Dendrocalamus strictus, Bambusa vulgaris, Bambusa
tulda, D hamiltonii, Dendrocalamus Longispatus, and Melocana baccifera.
Spesies diatas sangat efektif untuk digunakan sebagai bahan mentah untuk
industri Pulp & Paper.
1700 tahun yang lalu China
memulai pembuatan kertas dari bambu. Sampai dengan hari ini bubur kertas
merupakan produk utama bambu. Dengan jutaan bambu yang digunakan setiap
tahunnya untuk tujuan yang khusus. Bambu juga digunakan secara
tradisional untuk pembuatan rumah sederhana dengan biaya rendah,
jembatan dan kerajinan tangan.
Dari sudut pandang
industri, bambu sangat mempesona karena merupakan material lunak tapi
sangat kuat untuk digunakan dalam aplikasi konstruksi modern. Kepadatan
bambu sebanding dengan kayu keras dan kekuatannya melebihi baja. Saat
ini tengah dikembangkan cara baru untuk mengolah serat bambu untuk
pembuatan aplikasi standar yang modern.
Bambu lapis dan
triplek dari bambu saat ini lebih sering digunakan untuk bahan
pembuatan perabot rumah tangga. Bambu parquet juga merupakan salah satu
produk dengan prospek yang sangat besar, selain itu partikelboard dan
fiberboard dari bambu juga sangat menarik.
Tunas muda
atau rebung bambu merupakan sumber makanan yang enak dan kaya serat.
Permintaan yang tinggi akan rebung segar di temukan pada masakan asia.
Pasar Bambu
Pasar
Bambu sangat besar dan terus meningkat dengan cepat. Menyebarnya
tingkat kesadaran akan perlunya pelestarian lingkungan dan peraturan
yang keras yang mengatur mengenai eksploitasi sumber penghasil kayu
menjadi dasar pengembangan pasar bambu. Permintaan akan bambu lebih dari
sebelumnya karena ini adalah sumber pengganti kayu yang baik dan salah
satu cara untuk menghemat hutan hujan. Eropa dan Amerika mengimpor
produk-produk bambu dari Asia, seperti tusuk gigi, tusuk sate. Dan
produk dengan nilai yang lebih seperti lantai bambu, kertas, tekstil,
perabot rumah tangga, barang-barang kerajinan tangan. Di industri
makanan rebung merupakan bisnis bernilai jutaan dolar, rebung di
produksi untuk ekspor di Cina, Thailand, Taiwan. Mereka menjualnya dalam
keadaan masih segar ataupun yang sudah di kemas di dalam kaleng dan
kadang-kadang juga mengkombinasinya dengan kuah ataupun pedas.
Penelitian dan pengembangan
TPengembangan
industri bambu memerlukan persediaan material mentah secara
berkelanjutan, sehingga di butuhkan manajemen yang dapat menjamin
ketersediaan bahan di masa yang akan datang. Sampai sejauh ini sumber
penghasil utama kebutuhan bahan mentah bambu untuk industri masih di
suplai dari hutan-hutan bambu alami. Di banyak kasus, hutan bambu alami
hanya mampu menghasilkan 2-6 ton perhektar dengan jenis yang heterogen,
dan ini hanya kira-kira 20 % dari yang dihasilkan di perkebunan bambu.
Tidak
adanya manajemen bambu yang baik membuat proses pemanenan bambu di
hutan dilakukan dengan cara menebang habis seluruh tanaman, praktek ini
sangat tidak ekologis dan merupakan pemborosan karena banyak batang
bambu yang semestinya belum dapat di manfaatkan. Batang bambu yang masih
muda mungkin hanya akan di manfaatkan pada bagian pangkalnya saja
seperti untuk kerajinan sedangkan sebagian lainnya hanya akan berakhir
menjadi kayu bakar atau bahkan hanya akan terbuang sia-sia. Oleh karena
itu manajemen sangat diperlukan untuk dapat menghindari pemborosan yang
tidak perlu dan mencegah kerusakan lingkungan.
Hutan
bambu alami yang memiliki jenis bambu yang bermacam-macam bagaimanapun
juga memang tidak mudah untuk diatur. Sedangkan manajemen bambu hanya
dapat di capai dengan jalan tebang pilih, akan tetapi cara ini memang
tidak mudah untuk dilaksanakan dan membutuhkan waktu yang cukup lama
dibandingkan dengan cara tebang habis seluruh tanaman. Di sini manjemen
dianggap membutuhkan banyak biaya ekstra. Namun faktor biaya tersebut
sebenarnya sangat rendah jika dibandingkan dengan efek kerusakan
lingkungan yang di timbulkan dari kerusakan hutan hingga hilangnya
material yang di butuhkan untuk memenuhi kebutuhan industri.
Karena
ketiadaan manajemen bambu yang baik, negara-negara seperti India,
Bangladesh membutuhkan jutaan hektar untuk penanaman bambu guna
mencukupi permintaan industri terutama untuk industri pulp & paper.
Penyebab itu semua karena tidak adanya manajemen penebangan serta tidak
diikuti dengan reboisasi. Hal yang sama juga terjadi di Cina karena
eksploitasi yang besar-besaran. Bahkan salah satu perusahan yang
memproduksi produk dari bambu terpaksa berhenti karena ketiadaan sumber
bahan baku di dekatnya.
Solusi dari masalah di atas
ialah perlunya pengaturan perkebunan bambu, ada sebuah keuntungan besar
sebenarnya yaitu bambu dapat tumbuh dengan baik di banyak area dengan
iklim yang berbeda, baik di dataran rendah maupun dataran tinggi.
Perkebunan
Hasil
dari hutan bambu alami sebenarnya sangat rendah jika dibandingkan
dengan perkebunan bambu yang telah di atur dengan baik. Perkebunan yang
telah di manajemen dapat menghasilkan 5 kali lebih banyak daripada hutan
bambu alami. Jika dipukul rata setiap hektar hutan bambu alami hanya
akan menghasilkan 4 ton pertahun untuk setiap hektarnya. Sedangkan di
perkebunan bambu hasil rata-rata setiap tahunnya dapat mencapai 20
hingga 36 ton per hektar. Produksi bambu sebenarnya dapat di tingkatkan
jika pendekatan sistematis silvikultural diterapkan, tetapi hal ini
jarang di terapkan di daerah tropis dimana bambu dapat tumbuh subur
dengan mudah. Manajemen perkebunan bambu yang bagus dapat menjamin
keberlangsungan pasokan untuk produk sejenis yang spesifik. Dengan
manajemen yang bagus kita dapat memperoleh tanaman dengan karakteristik
yang kita inginkan. Banyak pilihan yang dalam menggunakan bambu
tergantung dari keunikan yang ada pada tangkainya. Langkah pertama yang
penting dilakukan untuk mengatur perkebunan adalah memilih spesies yang
sesuai anatomi, kandungan kimia dan kekayaan mekanis lainnya.
Bisnis menumbuhkan bambu
Bambu
adalah kayu di masa yang akan datang. Peningkatan permintaan bahan
mentah oleh industri bambu adalah sebuah tanda jika uang dapat di
hasilkan dari bisnis pengembangbiakan bambu.
Biaya
untuk membuat perkebunan yang baru tergantung dari biaya tenaga kerja,
persiapan tanah, fertilizer, pengairan, dan tanaman. Biayanya hampir
sama dengan membuat perkebunan kayu. Akan tetapi ada perbedaan yang
sangat besar pada periode pengembalian modal, kayu membutuhkan waktu
yang lebih lama dari perkebunan bambu. Investasi pada perkebunan bambu
akan kembali hanya dalam waktu kurang lebih 10 tahun. Dan karena alasan
tersebutlah maka perkebunan bambu menghasilkan keuntungan yang lebih
cepat dari pada kayu. Perkebunan bambu akan menjadi sangat menguntungkan
setelah 5 tahun.
Untuk dapat dipanen setiap tahun
hanya perlu mempertimbangkan tingkat kekakuan batang yang telah dewasa
saja. Selain itu kita cukup menanam bambu sekali saja dan akan dapat di
panen sampai dengan 50 tahun. Sedangkan kayu umumnya setelah di panen
kita perlu menanam lagi dan tentu membutuhkan biaya dan waktu yang lebih
lama lagi. Selain dapat tumbuh lebih cepat, bambu juga menyerap air
lebih tinggi serta dapat mencegah erosi. Maka dari itu selain lebih
menguntungkan secara ekonomi, bambu juga lebih menguntungkan dari segi
ekologi. Keuntungan lain yang sangat penting adalah selain memproduksi
biomass yang sangat tinggi, bambu juga sangat efisien sebagai penghasil
pulp. Bambu mampu menghasilkan pulp 7 kali lebih banyak dibandingkan
dengan kayu untuk setiap hektarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar